SELAMAT DATANG

Terimakasih telah mengunjungi blog ini, semoga bermanfaat bagi anda..

Sabtu, 27 November 2010

PESONA & ANCAMAN GUNUNG BROMO

 Gunung Bromo (dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang artinya Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah objek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.

Bromo sebagai gunung suci

Bagi penduduk Bromo, suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.


Kaldera Tengger

Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Kaldera Tengger
Salah satu keuninkan dari Gunung Bromo adalah adanya Kaldera Tengger. Kaldera Tengger berukuran lebar sekitar 16-km terletak di ujung utara sebuah gunungapi massif yang membentang dari gunung Semeru. Kompleks vulkanik Tengger diperkirakan mengalami aktifitas besar-besaran sekitar 820.000 tahun yang lalu. Gunung ini terdiri dari lima stratovolcanoes yang saling tumpang tindih, masing-masing dipotong oleh sebuah kaldera. kubah lava, kerucut piroklastik, dan maar yang menduduki sisi-sisi massif tersebut.


Kaldera Ngadisari yang berada pada ujung Timurlaut dari kompleks ini terbentuk sekitar 150.000 tahun yang lalu dan kini telah mengering karena diperkirakan airnya mengalir melalui Lembah Sapikerep. Yang paling menarik dari kaldera Tengger adalah adanya “lautan pasir” seluas 9 x 10 km yang terletak pada ujung Barat daya dari kompleks ini. Komplek ini diperkirakan terbentuk secara bertahap selama Pleistosen akhir dan Holosen awal, atau sekitar 2 juta tahun lalu. Sebuah cluster tumpang tindih kerucut pasca kaldera dibangun di lantai kaldera lautan pasir dalam beberapa ribu tahun terakhir.

Dalam peta jadul Kaldera Tengger digambarkan seperti dibawah ini

Tengger digambarkan oleh FR Junghuhn tahun 1844. Lihat keunikannya dalam menggambarkan lereng dengan teknik arsir (hachure).
Sad Agus seorang geologist di IAGI menjelaskan bahwa keadaan topografi bervariasi dari bergelombang dengan lereng yang landai sampai berbukit bahkan bergunung dengan derajat kemiringan yang tegak. Ketinggian tempat antara 750 – 3.676 m dpl. Dengan puncak tertinggi G. Semeru 3.676 m dpl. (merupakan gunung tertinggi di P. Jawa) dan terdapat 4 buah danau dan 50 buah sungai. Selain didominasi oleh pegunungan, di dalam kawasan taman nasional juga terdapat 4 buah danau (ranu) masing-masing : Ranu Pani (1 ha), Ranu Regulo (0,75 ha), Ranu Kumbolo (14 ha) dan Ranu darungan (0,5 ha). Suhu udara berkisar antara 3 s/d 20 derajat Celcius, curah hujan rata-rata 6.604 mm/tahun dan kunjungan terbaik pada bulan Juli – Agustus.

Bromo adalah gunung api tipe cinder cone, gunung api yang terutama dibentuk oleh litifikasi abu gunung api, yang berada di dalam kaldera Tengger. Kaldera Tengger berukuran hampir 100 km2, dasarnya tertutup oleh endapan pasir lepas hasil erupsi. Dari kaldera ini muncul lima gunung api : Bromo, Widodaren, Kursi, Giri, Batok – tetapi yang aktif hanya Bromo. Di dekat Kaldera Tengger ada gunung api lain, yaitu Semeru. Catatan pertamanya sudah sejak 1775. Sampai sekarang, sudah tercatat sekitar 50 x letusan. Umumnya tipe letusannya Strombolian. Letusan Bromo bersifat ledakan dengan melontarkan bom gunungapi, lapili, pasir, dan abu yang umumnya hanya mempengaruhi sekitar puncak saja. Dalam sejarahnya, Bromo belum pernah tercatat mengalirkan lava. Abu letusannya kadang2 merusak perkebunan di sekitarnya, seperti pada tahun 1915 dan 1948. Sejak 1989, Gunung
Bromo telah dipantau secara terus-menerus dari pos pengamatan Cemorolawang di pinggir kaldera Tengger. Seismisitas Gunung Bromo umumnya disebabkan gempa volkanik dangkal, gempa tektonik, pengeluaran gas, serta beberapa gempa dari letusan Semeru.

Anak bungsu dari kompleks ini adalah Bromo, salah satu gunung berapi yang paling aktif di Jawa dan paling sering dikunjungi. Erupsi yang terekam sejak 1800 ini memiliki jeda antara 16 hingga setahun 2 kali.

Sejarah letusan

Gn. Bromo diambil dari NASA
Selama abad ke-20, gunung yang terkenal sebagai tempat wisata, itu meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi 1974, sedangkan letusan terakhir terjadi pada 2010.

Sejarah letusan Bromo: 1767, 1775,1804, 1815, 1820, 1822, 1823, 1825, 1829, 1830, 1830, 1835, 1843,1843, 1844, 1856, 1857, 1858, 1859, 1860, 1865, 1866, 1867, 1868, 1877, 1885, 1886, 1886, 1887, 1888, 1890, 1893, 1896, 1906, 1907, 1907, 1908, 1909, 1910, 1915, 1916, 1921, 1922, 1928, 1929, 1930, 1935, 1939, 1940, 1948, 1950, 1955, 1956, 1972, 1980, 1983, 1984, 1995, 2001, 2004, dan sekarang 2010.    

Erupsi Bromo 8 June 2004 dari jarak 2.2 km. Dimbil 9 menit setelah erupsi

Karakter Letusan :

Sepanjang sejarah letusan, setiap kali erupsi menyemburkan abu, pasir, lapilli, dan kadang-kadang melontarkan bongkah lava dan bom vulkanik, kecuali pada kegiatan 1980, pada dasar kawah terbentuk sumbat lava.

Periode letusan :

Periode erupsi dapat berlangsung pendek yaitu beberapa hari saja (12 – 14 Juni 1860), tetapi dapat pula berlangsung satu bulan atau lebih secara terus menerus. Daur erupsi gunungapi Bromo tidak menentu yaitu masa istirahat terpendek kurang dari satu tahun sedangkan masa istirahat terpanjang 16 tahun.

Status AWAS Bromo mulai 23 November 2010

Bromo statusnya dinaikkan menjadi Siaga pada Pukul 8.00 WIB, tetapi pada pukul 11.00 WIB, tremor sudah semakin lama semakin meningkat secara menerus, maka per pukul 15.30 WIB,   Kepala PVMBG, Dr Surono menaikan Bromo menjadi AWAS !

Sumber : Data Dasar Gunung api Indonesia, Kusumadinata, 1979, 
id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Bromo
rovicky,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar