Tentunya sudah banyak yang tahu bahwa ketika sebuah patahan bergeser dan bergerak secara mendadak maka akan menimbulkan getaran atau goyangan yang disebut gempa. Namun ada kalanya gerakan dari bagian-bagian bumi yang terpatahkan itu tidak bergerak secara mendadak dengan sangat cepat. Namun gerakannya sedikit demi sedikit. Gerakan yang sedikit demi sedikit ini walaupun tidak menyebabkan gempa namun menyebabkan bumi tergetar disebut tremor.
Disebelah kiri ini adalah yg dimaksud dengan teori elastic rebound atau “teori pelentingan”, kalau aku bilang teori ketapel atau “plintheng”. Teori yang dijelaskan disebelah ini untuk gempa-gempa akibat patahan geser. Untuk patahan “megathust” pada penunjaman terlihat disebelah kanan. Keduanya secara mekanik sama saja. yang berbeda hanyalah arah dari gaya-gaya yg menekannya.
Goyangan-goyangan akibat terlepasnya energi yang terkumpul perlahan-lahan ketika akan melenting ini bisa dilihat disebelah atas ini. (sumber gambar : www.uwgb.edu/DutchS/EarthSC202Notes/quakes.htm)
Membedakan Tremor dengan Gempa
Gempa dan tremor dapat dibedakan dengan mudah bila dilihat pada rekaman seismograf. Getaran tremor berupa getaran yang terus menerus, tidak dijumpai dimana awal dari getarannya secara jelas. Getaran gempa berupa getaran yang besar dan mendadak sangat mengejutkan tentu saja.
Dibawah ini perbandingan dua jenis rekaman tremor dan rekaman gempa. Perhatikan goyangan tremor yang terus-menerus terekam. Tremor sering dijumpai ketika terjadi aktifitas magmatik (vulkanik).
Tremor akibat tektonik yang sering disebut juga aseismic (tidak menyebabkan gelombang seismic /gempa) sering diikuti oleh pergeseran patahan secara lambat, slow slip. Dibawah ini sebuah rekaman slow slip (Aseismic) yg direkam pada sebuah patahan yang dimonitor sejak tahun 1990-2008.
Dalam sebuah pengamatan tremor oleh Earthscope di Cascadia (USA), terlihat bahwa aktifitas tremor terjadi sangat sering yang diikuti dengan pergeseran (slip).
Penelitian dan pengamatan tremor ini juga telah memperkirakan adanya zona-zona yang memiliki karakteristik kegempaan yang berbeda-beda dalam satu zona penunjaman. Pada bagian paling dangkal disitu terjadi luncuran stabil (Satble Sliding), kemudian semakin kedalam terdapat tempat yang sering terkunci – Stick Slip (Locked), disinilah gempa-gempa besar sering terjadi. Masuk kedalam lagi akan memasuki zona transisi dan akhirnya masuk lagi ke zona luncuran stabil (stable sliding)
Dalam zona tumbukan (subduction zone), tidak seluruhnya akan menyebabkan gempa. Dengan demikian beberapa zona yang meluncur stabil meluncur dengan sangat sedikit atau bahkan tidak menyebabkan getaran yang berarti. Pada tempat gesekan ini seringkali juga terjadi penguncian atau macet tidak begerak maju, karena itu suatu ketika zona gesekan ini melepaskan getaran yang menyeybabkan getaran gempa yang sangat kuat.
Ilmu terus berkembang
Coba perhatikan. Penelitian-dan gambar-gambar ini diambil dari penelitian-penelitian yang baru saja dilakukan, tahun 2004. Artinya ini menunjukkan bahwa ilmu kegempaan juga terus berkembang. Tentusaja kawan-kawan ahli gempa di Indonesia juga telah mengikuti perkembangan ilmu gempa ini.
Perhatikan perbandingan jumlah tremor yang terjadi.
Tremor akan lebih sering terjadi ketimbang gempanya sendiri. Gerakan patahan ini terjadi secara kontinyu menerus, sedikit demi sedikit dan berulang-ulang. Tentunya harus dimengerti bukan berarti daerah ini tidak membahayakan, namun penelitian memberikan hasil menarik seperti dibawah ini.
Selain diperoleh pengetahuan baru adanya model seismogenic zone, juga diketahui adanya antikorelasi antara tremor, perambatan luncuran (slow slip) dan seismisitas
.Saat ini tremor masih diteliti dengan seksama. Hubungan korelasi antara tremor dengan gempa tentulah sangat menarik untuk diteliti. Apalagi keduanya berada pada daerah yang secara geologi memiliki kesamaan, bahkan secara genetis (terbentuknya) dapat diketahui hubungannya.
Dengan diketahuinya hubungan spasial (keruangan) antara lokasi tremor dengan lokasi yang sering terkunci (stick slip) yang merupakan zona gempa besar, maka dengan meneliti karakteristik tremor dimungkinkan untuk memperkirakan dimana lokasi gempa besar. Seperti yang terlihat dibawah ini
Gambar diatas menunjukkan bawa di Sesar (Patahan) San Andreas juga terdapat zona dimana diperkirakan terjadi Aseismic Zone, atau zona tanpa seismic. Dengan demikian zona Aseismik ini perlu diketahui untuk sesar-sesar yang sudah diketahui (dipastikan) aktif. Di Indonesia tentunya perlu juga diteliti disepanjang Sesar Semangko, Sesar Palu-Koro, dan juga Sesar Sorong serta lainnya.
Selain diteliti secara fisis. Proses-proses kimiawi, Hidrothermal dan proses metamorfisme juga diteliti oleh Hydmam tahun 2008 diatas. Jadi penelitian ini sangat baru. Indonesia sebagai tempat yang paling rawan terhadap bencana gempa perlu juga dilakukan penelitian seperti ini.
Peramalan gempa
Ayo Riset !!
Tentunya hipotesa ini yang paling menarik yaitu kemungkinan terbukanya peramalan gempa besar dengan mengamati tremor-tremor yang terjadi disuatu daerah. Memang belum dapat dikatakan pasti akan dapat diramalkan namun disinilah mulai terbukanya peluang riset untuk melakukan peramalan gempa.
Nah, jangan terlalu risau namun juga jangan lengah. Tremor merupakan sebuah fenomena yang saat ini masih terus diteliti. Doakan saja para peneliti ini menemukan hal baru untuk mengurangi risiko gempa. Dan yang lebih penting lagi, melakukan penelitian bahkan pengamatan terus-menerus pada daerah-daerah yang sering merasakan getaran tremor ini di Indonesia.
sumber: rovicky
Tidak ada komentar:
Posting Komentar