Kamis malam (28/10) tampak Titik api diam di puncak Gunung Merapi melalui kamera pemantau yang dipasang di bukit Plawangan kawasan wisata Kaliurang, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Titik api diam ini terlihat dari kamera pemantau atau `Closed Circuit Television` (CCTV) yang bisa dilihat dari kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Titik api itu terlihat dua kali, yaitu pada pukul 19.13 WIB, dan pukul 19.54 WIB.
Titik api diam itu muncul karena `pintu` erupsi sudah terbuka setelah erupsi eksplosif pada 26 Oktober 2010, dan dari pintu keluar itu awan panas juga terlihat. Munculnya titik api diam tersebut akan memicu pertumbuhan kubah lava baru. Sehingga, dengan terbentuknya kubah lava baru, maka erupsi Merapi berangsur-angsur akan berakhir.
Kepala BPPTK Yogyakarta Subandrio memprediksikan posisi kubah lava baru akan `mengganggu` kubah `tapal kuda` dengan volume delapan juta meter kubik. Apabila itu sampai terjadi, maka di sisi barat daya Gunung Merapi atau ke arah wilayah Kabupaten Magelang (Jawa Tengah) harus waspada karena longsoran material vulkanik dari kubah `tapal kuda` berpotensi menimbulkan bencana di sepanjang aliran Kali Krasak, Kali Putih, Kali Sat, dan Kali Senowo.
Kubah `tapal kuda` adalah kubah yang membentuk seperti huruf "U" di puncak Gunung Merapi yang terbuka ke arah barat daya. Kubah `tapal kuda` itu merupakan kubah yang terbentuk pada 1911 (geger baya), kubah gendol, puncak garuda, kubah lava 1956, dan kubah lava 1957.
Pasca letusan Gunung Merapi pada Selasa (26/10) masih ada ancaman lagi luncuran awan panas dan lahar dingin saat terjadi hujan di puncak. Sampai hari ini (Jumat 29/10) masih tercatat adanya luncuran awan panas sejak pagi, mengarah ke Kali Gendol dengan jarak luncur sejauh empat kilometer.
Berdasarkan pemantauan BPPTK Yogyakarta memang belum mendapatkan adanya indikator visual terbentuknya kubah lava baru seperti kebiasaan Gunung Merapi selama ini. Sesuai kebiasaan Merapi, setelah terjadinya letusan eksplosif memang diikuti dengan terbentuknya kubah aktif, awan panas yang meluncur dan guguran material dari puncak. Jika ancaman eksplosif tidak ada lagi, maka tinggal menunggu pertumbuhan kubah lava baru.
Akibat letusan eksplosif pada Selasa lalu, memang terjadi `direct blast` yang mengarah langsung ke lereng Merapi dengan kekuatan awan panas punya daya rusak yang besar dan menerjang apa saja di sepanjang lereng. Sehingga wajar saja jika di lereng selatan Merapi terlihat kerusakan cukup parah dan menghancurkan Dusun Kinahrejo hingga menewaskan warga, karena awan panas itu terdiri atas debu, gas, pasir, panas, dan kecepatan tinggi.
foto oleh Arif Wibowo
Gb. Dusun Kinahrejo, Umbulharjo,
Cangkringan, Sleman, luluh lantak
terkena awan panas Merapi,
Rabu, (27/10).
Sumber: antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar