Selain memiliki awan panas, Gunung Merapi juga memiliki patahan yang unik. Patahan Merapi ini dipetakan dan dijelaskan oleh Van Bammelen, mBah londo yang meneliti geologi Indonesia pada jaman penjajahan dahulu. Van Bammelen ini orang geologist dari Belanda yang mengarang buku The Geology of Indonesia yang diterbitkan tahun 1949.
Patahan memotong Gunung Merapi
Patahan yg membelokkan arah erupsi awan panas |
Yang sering kita lihat bahwa patahan itu disebabkan oleh sebuah gerakan tektonik lempeng, namun patahan sebenarnya dapat terbentuk oleh berbagai mekanisme. Salah satunya adalah karena bebannya sendiri. Patahan yg ada di Merapi ini merupakan sebuah “block glide” yang sangat besar sehingga batuan yang bergerak terhadap yang lain membentuk bidang patahan.
Patahan yang memotong Gunung Merapi ini dapat dilihat dalam peta Google sebagai sebuah dinding yang salah satunya dikenal dengan nama Gunung Kukusan. Dinding di Kukusan ini yang membelokkan lajunya arah awan panas.
Patahan Merapi memiliki kemiringan kearah barat. Dalam ilustrasi dibawah ini memperlihatkan penampang barat timur dimana gunung Merapi berada disebelah kanan. Dalam petanya Van Bammelen patahan ini digambarkan cukup detil hingga dampak dari block glide, patahan, ini menimbulkan sebuah perlipatan.
Perhatikan lokasi Bukit Gendol (Gendol Hills) yang merupakan perlipatan endapan Merapi sendiri yang terdorong secara lateral karena Gunung Merapi bergerak.
Warna ungu adalah patahan Merapi. Warna Biru perlipatan di Bukit Gendol. Dalam penampang AB (Barat-Timur) dibawahnya terlihat bagaimana patahan di puncak merapi ini menimbulkan dorongan lateral kearah barat menggencet batuan di kakinya karena tertahan Bukit Menoreh.
Patahan di Merapi |
Di sebelah timur puncak merapi terdapat dinding terjal di lerengnya. Dinding ini yag diinterpretasikan sebagai patahan oleh Van Bammelen (1949). Kalau diteruskan patahan ini akan menunjukkan dimana terdapat mata Di sebelah timur puncak merapi terdapat dinding terjal di lerengnya. Dinding ini yang diinterpretasikan sebagai patahan oleh Van Bammelen (1949). Kalau diteruskan patahan ini akan menunjukkan dimana terdapat mata air. Sangat umum dalam analisa patahan adalah menjumpai mata air pada zona patahan ini.
Di lereng selatan Merapi ini juga dijumapai mataair-matair itu. Ada yang disebut Umbul, Tuk atau Tlogo (Umbul Lanang, Tlogo nirmolo, dan Tuk Pitu). Dan memang kalau diteruskan merupakan kepanjangan dari patahan ini.
note: kenapa sepanjang patahan banyak dijumpai mata air ?
karena zona atau bidang patahan merupakan zona lemah, sehingga air tanah akan muncul ke permukaan. Selain itu patahan merupakan bidang yang memotong muka air tanah.
Perkiraan prosesnya.
Secara kinematik. Batuan itu memiliki sifat elastis, bisa dibentuk. Mirip seperti tanah liat. Kalau saja prosesnya sekali BREG ! tentunya sangat mengkhawatirkan. Namun adanya perlipatan ini saya menduga prosesnya tidak sekali BREG ! KArena kalau batuan digencet dalam waktu mendadak akan terpatahkan tidak terlipatkan.
Seperti kalau kita membengkokkan atau melipat plat besi harus perlahan-lahan. Kalau terlalu cepat malah patah. Kalau dugaan diatas itu benar, maka patahan Merapi terbentuk dalam waktu yg cukup lama. Tidak secepat mekanisme longsoran.
Namun tentu ini ada yang perlu diperhatikan adalah longsornya sebuah gunung di St Helena pada tahun 1980. Gunung ini mengalami longsor cukup besar. Longsoran ini yang akhirnya memicu erupsi eksplosive di St Helena tahun 1980.
Gunung Mt Helena ini erupsinya besar karena 20 tahun tertidur. Semoga Merapi lebih jinak, karena erupsinya lebih sering.
sumber: rovicky
Tidak ada komentar:
Posting Komentar