Ini adalah Press Release dari LIPI tentang masih berbahayanya daerah pantai timur Sumatera walaupun terjadi gempa yg menyebabkan tsunami Mentawai (tepatnya gempa Pagai) pada tanggal 25 Oktober 2010.
"ini dasarnya sains bukan dukun. Jadi secara terbuka akan diberitahukan juga dasar-dasar berfikirnya."
Danny Hilman sebagai ahli gempa dari LIPI memberikan penjelasan cukup sederhana dibawah ini
Press Release: Gempa Mentawai 7.7 SR,
Kemarin (25 Okt 2010), terjadi gempa besar berkekuatan 7.7 Skala Richter (USGS) di baratdaya Pulau Pagai Selatan, Kabupaten Mentawai, Propinsi Sumatra Barat. Gempa ini bisa disebut sebagai gempa susulan dari gempa besar 8.4 SR yang terjadi pada tanggal 12 September 2007. Dari analisa US Geological Survey dan juga BMKG, gempa ini disebabkan oleh pergerakan patahan pada Sunda megathrust, yaitu pada bidang batas tumbukan Lempeng Hindia-Australia terhadap Lempeng Sunda (Lihat peta dan penampang terlampir). Episenter gempa 7.7 SR ini terletak di sebelah barat dari bagian utara sumber gempa September 2007, dan sekaligus juga di ujung utara dari sumber gempa bawah laut – megathrust yang menurut prediksi para ahli masih berpotensi untuk mengeluarkan gempa besar sampai 8.8 SR dalam waktu mendatang (lihat Peta).
Subduksi di sebelah barat Sumatera (Sumber : Danny Hilman, LIPI) |
Sebelumnya, gempa utama 8.4 SR tahun 2007 sudah diikuti oleh rentetan beberapa gempa susulan besar, termasuk gempa 7.9 SR yang terjadi 12 jam setelahnya, gempa 7.0 SR yang terjadi 3 jam kemudian, dan gempa 7.0 SR yang terjadi 5 bulan setelah itu (lihat Peta). Semua gempa-gempa susulan ini, termasuk yang kemarin, terjadi disekitar wilayah patahan gempa 8.4 SR tahun 2007 tersebut.
Menurut ahli geologi gempa dari Laboratory for Earth Hazard LIPI, Danny Hilman Natawidjaja, “gempa 7.7 SR kemarin jelas merupakan bagian dari healing process setelah terjadi gempa 8.4 SR tahun 2007”. Yang masih kurang jelas adalah apakah gempa ini merupakan bagian dari proses yang menuju ke akan pecahnya sumber gempa 8.8 SR dari megathrust Sunda yang masih tersisa di bagian sebelah utaranya (lihat peta).
Pagai After Shock (sumber Danny Hilman, LIPI) |
Di wilayah ini terdapat jaringan statsiun GPS kontinyu SuGAR (Sumatran GPS Array) yang dioperasikan bersama oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Earth Observatory of Singapore (EOS) – Nanyang Technological University. Sejak tahun 2002, SuGAR secara kontinyu memonitor pergerakan tektonik disepanjang pantai barat Sumatra dan Kep. Mentawai. “Dalam beberapa bulan ke depan, tim EOS-LIPI akan menganalisis data dari jejaring alat GPS ini untuk lebih mengerti tentang mekanisme gempa kemarin,” kata Prof. Dr. Kerry Sieh, Direktur EOS.
Beberapa segmen dari Sunda Megathrust sudah pecah secara beruntun selama 10 tahun terakhir ini menghasilkan rentetan gempa-gempa besar di sepanjang pantai barat Sumatra. Berdasarkan pola siklus gempa besar selama 700 tahun terakhir di Mentawai, para ahli percaya bahwa rentetan gempa-gempa besar ini sedang menuju klimax, yaitu terjadinya gempa yang jauh lebih besar, mendekati kekuatan gempa yang menyebabkan tsunami Aceh-Andaman tahun 2004. Namun, kapan persisnya hal itu akan terjadi tetap masih merupakan misteri alam. Seperti Prof. Kerry Sieh dan DR. Danny Hilman Natawidjaja sering bilang sebelumnya, “Gempa besar dari megathrust di bawah Pulau Siberut-Sipora-Pagai Utara tersebut bisa terjadi dalam 30 menit lagi atau 30 tahun lagi.”
Yang jelas, gempa kemarin sama sekali tidak mengurangi potensi gempa besar Mentawai yang diprediksi mempunyai akumulasi tekanan bumi sampai 8.8 SR tersebut. (Danny Hilman)
Note : Jadi gempa dengan potensi 8.8SR yang diperkirakan oleh LIPI ini masih akan dilepaskan. Bisa terjadi 30 menit lagi atau 30 tahun yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar