Dampak kerusakan pun meluas. Bahkan tidak hanya merendam 17 rumah warga dan 34 kios di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam. Banjir lahar juga menghanyutkan mushala dan enam rumah warga Dusun Glagah, Desa Sirahan, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang. ”Satu mushala hanyut terseret banjir lahar Gunung Merapi, di Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar.
Bangunan itu, sekarang hanya tinggal teras yang kondisinya menggantung ke sungai,” kata Kepala Desa Blongkeng, Yulianto, Jumat (10/12). Menurut Yulianto, ada enam rumah yang rusak diterjang banjir lahar Merapi, yakni di Dusun Basiran, Karangasem, dan Karangrejo. Di Basiran, rumah yang rusak merupakan milik Muh Sukri, Mukidin dan Ali Mardani.
Dusun Karangasem, atas nama Nur Ahmad Yuni dan Suharti. Dusun Karangrejo, rumah yang rusak milik Muhasim dan rumah tersebut sudah berada di bibir sungai. ”Rumah milik Suharti dan Ali Mardani sudah masuk ke dalam sungai,” katanya.
Lapor
Untuk rumah yang rusak, pihaknya sudah menyampaikan laporan ke Camat Ngluwar, baik lisan maupun tulisan. Namun belum diketahui kapan laporan tersebut akan ditindaklanjuti, mengingat saat ini warga yang rumahnya rusak sangat membutuhkan bantuan.
Tokoh masyarakat Desa Blongkeng, Miftahul Huda minta, pemerintah lebih tanggap terhadap permasalahan warganya. Mengingat tebing sungai mulai ambruk sudah beberapa minggu lalu. Kondisi semakin parah, setelah banjir lahar besar pada Minggu dan Rabu sore kemarin.
’’Hendaknya aparat pemerintah meninjau, sekaligus menenangkan warga agar tidak panik,” katanya. Seharusnya, lanjut Miftahul Huda, pemerintah melakukan sosialisasi dan penjelasan tentang penanganan tanggap bencana lahar dingin. Masyarakat harus diberi pengertian bagaimana mengantisipasi banjir lahar dingin Gunung Merapi agar tidak ada korban jiwa. Ali/TB-skh
Sumber: wawasan digital (koran wawasan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar