SELAMAT DATANG

Terimakasih telah mengunjungi blog ini, semoga bermanfaat bagi anda..

Jumat, 07 Januari 2011

Antisipasi Bromo Terhadap Lahar dingin


Headline
foto olehBilly A Banggawan

Probolinggo – Aktivitas Gunung Bromo akhir-akhir ini masih tinggi. Namun Bromo dinilai sebagai gunung berapi yang relatif lebih jinak. Hanya saja, banjir lahar dingin masih tetap perlu diwaspadai.

Gunung Bromo masih belum berhenti menunjukkan aktivitasnya berupa letusan disertai asap tebal. Pakar memperingatkan agar warga mewaspadai jika terjadi banjir lahar dingin dari debu-debu vulkanik.
Debu vulkanik Bromo perlu mendapat perhatian karena bisa berdampak signifikan pada kesehatan manusia. Selain itu, debu-debu tersebut bisa merusak lahan pertanian di sekitar gunung karena ikut terbawa angin, seperti yang terjadi di Yogyakarta.

Pada saat hujan, debu bisa berubah menjadi lahar dingin bahkan menjadi banjir lahar. “Hal seperti ini harus diwaspadai, karena bisa terjadi lahar dingin seperti di Merapi,” papar Peneliti Risiko Bencana dan Geolog LIPI Herryal Z Anwar, kemarin.

Pemerintah dan penduduk setempat harus mewaspadai hal ini, tambahnya. Ia menjelaskan bahaya lahar dingin seperti di Sungai Putih dan Kali Code Yogyakarta bisa terjadi juga di sekitar Bromo.
Menurut Herryal, pemerintah harus sejak dini menyiapkan berbagai cara sebagai upaya membuat peringatan dini kapan banjir lahar mulai menyerang. “Sistem peringatan ini harus ada,” paparnya. Ia memperingatkan penduduk waspada ketika ada hujan lebat karena aliran lahar dingin bisa saja terjadi.

Associate Profesor di Jurusan Teknik Geofisika ITB DR. Eng Ir Teuku Abdullah Sanny MSc mengatakan hal sedikit berbeda. Menurutnya, Gunung Bromo tidak terlalu membahayakan.

Gunung Bromo termasuk gunung yang memiliki magma cair. Berbeda dengan Merapi, gunung ini tidak begitu berbahaya. Selain itu, Bromo memiliki tingkat eksplosifitas rendah. “Bromo tidak menghasilkan daya eksplosif seperti Merapi,” tandasnya.

Ia menjelaskan bahwa magma Merapi sangat kental dan dapat menghasilkan letusan yang sangat membahayakan. Lebih berbahaya lagi, Merapi juga mengeluarkan Wedus Gembel sementara Gunung Bromo tidak. “Ia hanya sedang bermain saja”. Aktifitas Bromo hanya untuk mengeluarkan energinya dan tidak membayakan.
Jika Merapi memiliki siklus letusan empat tahunan, siklus Bromo jauh lebih panjang dan kekuatannya lemah. “Siklus Bromo sekitar 12 tahun”. Saat ditanya mengenai kemungkinan terburuk jika Bromo meletus, pria yang akrab disapa Sanny ini menegaskan bahwa Bromo termasuk tak berbahaya.

Jika benar meletus, hanya akan menimbulkan debu dengan jarak kurang lebih 30 km dan dampaknya membuat orang batuk-batuk. Seperti diketahui, gunung api yang memiliki magma encer juga terdapat di Hawaii. Magma Gunung Mauna Loa itu terus mengalir dan menarik bagi wisatawan.

Meski tak berbahaya, Sanny mengatakan warga harus mengetahui arah aliran magma Bromo. Direktorat Vulkanologi telah membuat petanya. “Aliran debu telah dipetakan sehingga warga tinggal membaca peta itu”. Tindakan preventif telah dibuat, sehingga Bromo tidak akan berbahaya jika warga mengikuti program yang sudah dibuat para vulkanolog.

Kemenkominfo sendiri juga telah mengeluarkan pengumuman bahwa aktivitas vulkanik Gunung Bromo cenderung menurun. Kegiatan Bromo umumnya dalam kondisi normal, hal ini dilihat dari asap kawah yang berwarna putih tipis hingga putih tebal.

Berdasarkan data aktivitas kegempaan yang dilakukan pengamat menggunakan seismograf PS-2 secara telemetri pukul 00.00-06.00 WIB, gempa tremor dengan amplituda maksimum 5-10 mm.
Erupsi disertai asap kawah putih kelabu tebal dengan ketinggian asap 400-600 meter masih terjadi dan condong ke arah timur-timur laut dengan membawa material abu vulkanik. Suara gemuruh pun masih sering terdengar.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa data kegempaan, visual, deformasi, dan potensi bahaya erupsi, status kegiatan Bromo sampai 5 Januari 2011 tetap berada pada status Siaga (Level III). 

sumber: teknologi.inilah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar