SELAMAT DATANG

Terimakasih telah mengunjungi blog ini, semoga bermanfaat bagi anda..

Jumat, 07 Januari 2011

Jangan Anggap Remeh Banjir Lahar Dingin

Banjir lahar dingin Merapi (ANTARA/Anis Efizudin


Banjir lahar dingin Merapi (ANTARA/Anis Efizudin)
BMKG: Banjir Lahar Bisa Mematikan
Banjir Lahar Dingin Diperkirakan Makin Besar. “Sistem peringatan dini, penyiapan masyarakat menghadapi bencana itu yang paling penting."
Jangan anggap remeh. Di Kolombia tahun 1985, 23 ribu tewas akibat terjangan banjir lahar.

Yogyakarta - Banjir lahar dingin yang terjadi di sejumlah sungai di Yogyakarta akhir-akhir ini dinilai masih luapan permulaan. Potensi banjir lahar dingin diperkirakan akan semakin besar sehingga perlu ada sistem peringatan dini.

Materiil dari Gunung Merapi bercampur air meluap dari sungai-sungai yang berhulu di lereng gunung tersebut, seperti Kali Code, Kali Putih, Kali Opak serta sungai yang berada di wilayah Kabupaten Magelang. Luapan ini sempat memutuskan jalur Yogyakarta-Magelang.

“Curah hujan di kawasan puncak Merapi dari pos pengamatan Babadan terhitung masih rendah. Namun telah menimbulkan dampak yang membahayakan penduduk di sekitar kali yang berhulu di gunung Merapi bahkan sudah memutuskan akses jalur utama Yogyakarta-Magelang,” kata Bambang Widjaja Hariadi, ahli vulkanologi dan geologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa, 5 Januari 2011.

Sementara puncak curah hujan diperkirakan baru terjadi akhir Januari hingga Februari 2011 mendatang. "Tapi, saat ini hampir semua DAM dan sabo penahan sudah dipenuhi material vulkanik."
Dia khawatir, saat hujan, material erupsi ini akan terbawa dan tidak bisa tertampung lagi. “Bencana banjir lahar dingin dengan membawa material Merapi dalam jumlah yang lebih besar akan mengancam warga.”

Ahli Geologi UGM, Dwikorita, menilai sistem peringatan dini perlu dibenahi untuk menghadapi potensi bencana banjir lahar dingin yang lebih besar. Masyarakat yang siaga bencana bisa mengurangi korban jiwa jika banjir datang.

“Penyebaran informasi baik melalui pamflet akan ancaman banjir bahaya lahar dingin akan meningkatkan kewaspadaan masyarakat yang berada di bantaran kali yang berhulu di gunung Merapi,” katanya.

Camat Cangkringan, Kabupaten Sleman, Samsul Bakri menjelaskan alat berat saat ini tersedia di beberapa titik rawan seperti bantaran Kali Opak, Kali Gendol di Kecamatan Cangkringan, Sleman. Sebab kalau tidak dikeruk, material akan langsung menerjang beberapa pemukiman di sekitar bantaran kedua sungai yang dihuni 1.000 kepala keluarga lebih.

“Sistem peringatan dini, penyiapan masyarakat menghadapi bencana itu yang paling penting."

Sementara itu 

Magelang - Banjir lahar dingin menerjang Dusun Gempol, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Magelang, pada 3 Januari 2011 lalu. Itu adalah banjir terbesar pasca erupsi Merapi 2010 lalu.

Namun, bukan berarti ancaman usai. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta memperkirakan, baru 10 persen dari sekitar 30 juta meter kubik material vulkanik Merapi yang terangkut oleh banjir lahar.

"Untuk itu, kepada seluruh warga yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai yang berhulu di Merapi dihimbau untuk selalu waspada," demikian imbauan BPPTK, seperti dimuat di situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Apalagi, peluang terjadinya banjir lahar yang lebih besar masih besar, mengingat intensitas curah hujan tinggi terjadi pada Januari Februari 2011.
Daryono dari BMKG mengingatkan material vulkanik selama erupsi saat ini telah memenuhi alur sungai yang berhulu di Merapi. Banjir lahar, dia menjelaskan, bisa terjadi dengan kecepatan 65 hingga 80 kilometer per jam. Semakin cepat laju banjir lahar maka semakin besar potensi kerusakan yang ditimbulkan.

"Ancaman bahaya banjir lahar tidak saja di sepanjang jalur sungai di lereng gunung. Di kawasan dataran kaki justru lebih berbahaya karena menjadi zona luncur bebas seperti halnya luapan Kali Putih yang memutuskan jalur transportasi Magelang-Yogyakarta."

Sejarah pun mencatat banjir lahar tak kalah mematikan dari erupsi gunung berapi. Diuraikan Daryono, salah satu contoh bencana banjir lahar paling merusak di dunia adalah banjir lahar pasca erupsi Gunung Nevado del Ruiz di Kolombia tahun 1985.

Dalam waktu empat jam setelah letusan, yang disusul hujan deras, lahar meluncur deras sejauh 100 km dan menciptakan malapetaka mengerikan: lebih dari 23.000 orang tewas, sekitar 5.000 orang terluka, dan lebih dari 5.000 rumah hancur di sepanjang Chinchina, Guali, dan sungai Lagunillas.

Kerusakan paling parah menimpa kota Armero yang berlokasi di mulut ngarai Lagunillas Rio. Tiga perempat dari 28.700 penduduk kota tewas secara tragis akibat banjir lahar pada 13 November 1985.

Peristiwa mengerikan ini selanjutnya dikenang sebagai tregedi Armero-Chinchina, sebagai satu-satunya bencana banjir lahar paling mematikan yang tercatat dalam sejarah. "Ini adalah fakta bahwa dampak banjir lahar justru bisa lebih berbahaya daripada erupsi gunung api itu sendiri," kata Daryono.

Contoh lain adalah Gunungapi Pinatubo di Filipina. Sejak meletus tahun 1991, banjir lahar telah menghancurkan 100 ribu rumah di lereng dan dataran kaki gunung tersebut.

Soal besarnya deposit lahar Merapi, untuk menghabiskan material vulkanik hasil erupsi dibutuhkan waktu tiga hingga empat musim hujan. aryono mengingatkan, "Diperkirakan ancaman banjir lahar bisa berlangsung hingga beberapa tahun ke depan." 

sumber: VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar