Belum ada yang bisa pastikan kapan Gunung Merapi akan kembali tenang. Jumat pekan lalu dia sempat tenang, tapi Sabtu dini hari berulah dengan menyeburkan abu vulkanik yang membuat warga Jogya panik sebab dikira wedhus gembel.
Hari Minggu kemarin relatif tenang, tapi hari ini dia bendetum lagi yang diikuti oleh hembusan awan panas alias wedhus gembel yang mengarah ke timur, Boyolali dan Klaten. Tercatat ada empat kali letusan eksplosif yang diawali dengan gempa ringan dari puncak Merapi.
Berdasarkan data di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, tercatat aktivitas seismic Merapi hingga pukul 18.00 WIB sebagai berikut: gempa guguran sebanyak 100 kali, gempa multipase 13 kali, gempa low frekuensi tiga kali, dan tujuh kali mengelurkan awan panas.
Sistem aliran magma di Gunung Merapi sudah terbuka, sehingga magma pun bebas keluar karena sudah tidak ada halangan di puncak.Sistem Merapi mulai terbuka pasca letusan 26 Oktober 2010, karena sudah membongkar kubah lava hasil erupsi 2006 dengan posisi keluarnya magma mengarah ke selatan atau ke hulu Kali Gendol. Sejak dinyatakan berstatus "awas", Gunung Merapi telah meletus empat kali, yaitu pada 26 Oktober, 30 Oktober, 31 Oktober dan 1 November 2010.
Erupsi Merapi yang bersifat eksplosif disertai dengan dentuman adalah hal yang baru, karena pada erupsi-erupsi sebelumnya tidak ada suara dentuman yang terdengar masyarakat. Dentuman yang didengar masyarakat ini yang membuat masyarakat menjadi khawatir, tetapi masyarakat sudah mengungsi dalam radius lebih dari 10 kilometer dari puncak gunung.
Pasca letusan 26 Oktober 2010 material vulkanik dua juta meter kubik sudah terbongkar, sehingga masyarakat tetap diimbau untuk tidak beraktivitas di sungai kawasan kaki gunung ini agar terhindar dari bahaya lahar dingin.
Daerah yang terkena dampak akibat awan panas pasca letusan 26 Oktober 2010 adalah 14 kilometer persegi atau dua kali lebih besar dibandingkan dengan daerah terdampak akibat erupsi 2006 seluas tujuh kilometer persegi. Jumlah total material dari magma yang dilontarkan Gunung Merapi pasca erupsi eksplosif pada 26 Oktober dan 30 Oktober 2010 diperkirakan 8,7 juta meter kubik. Pada erupsi eksplosif yang terjadi Senin sekitar pukul 10.02 WIB tidak diawali dengan gempa vulkanik dan ketinggian kolom letusan mencapai sekitar 1,5 kilometer. Sebagian besar awan panas mengarah ke Kali Gendol dan Kali Woro dengan jarak luncur empat kilometer sampai ke Bukit Kendil. Sedangkan asap sulfatara putih dan asap coklat pekat meluncur vertikal ke atas dengan ketinggian 1,5 kilometer. Arah angin ke timur dan utara.
Kepanikan warga pasca letusan Gunung Merapi, Senin (1/11), memacetkan lalu lintas kendaraan di Jalan Kaliurang, Yogyakarta. Semua pengendara, baik kendaraan bermotor roda empat maupun roda dua terutama dari arah utara tampak terburu-buru menuju selatan, sementara yang dari selatan sebagian berhenti kebingungan akan terus atau balik arah, sehingga menimbulkan kemacetan saat banyak yang balik arah ke selatan. Petugas kepolisian turun ke jalan mengatur arus kendaraan di beberapa ruas Jalan Kaliurang, begitu pula polisi lalu lintas yang bertugas di simpang empat Pos Kentungan sudah turun ke jalan mengatur kesemrawutan lalu lintas di tempat tersebut.
Gunung Merapi di perbatasan wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah ini, Senin sekitar pukul 09.50 WIB kembali meletus dan mengeluarkan awan panas besar. Dari Posko Utama Penanggulangan Bencana Kabupaten Sleman di Kecamatan Pakem, terlihat awan panas atau "wedus gembel" meluncur ke hulu Kali Gendol, bergulung-gulung dari semula kecil kemudian terus membesar. Arah luncuran awan panas yang terus menerus selama lebih dari 20 menit itu, kemudian berbelok ke barat.
Sementara itu, warga pengungsi yang panik ketika Gunung Merapi kembali meletus, Senin pukul 10.02 WIB, tidak lama kemudian kembali tenang, setelah petugas memberi penjelasan bahwa luncuran awan panas arahnya ke barat, ke wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sedangkan arah abu vulkanik, terhembus angin ke timur yaitu ke wilayah Kabupaten Klaten dan Boyolali, Jawa Tengah.
Kepanikan warga bermula saat melihat ke utara, dimana gumpalan awan coklat putih pekat besar bergulung-gulung ke selatan, seperti ke wilayah Kecamatan Cangkringan. Tetapi, sesaat kemudian berbelok ke timur karena tiupan angin.
Sementara itu di tempat pengungsian warga korban bencana Merapi di wilayah terpencil sampai saat ini masih minim bantuan seperti di barak pengungsian Balerante, Wonokerto, Kecamatan Turi, dimana kondisi mereka jauh berbeda dengan tempat pengungsian yang lokasinya strategis. Dari pantauan, memang selama ini pejabat yang mengunjungi para pengungsi lebih banyak ke tempat pengungsian Hargobinangun yang terletak di Jalan Kaliurang dan sangat strategis.
Hingga malam ini, korban meninggal dunia bertambah satu orang akibat luka bakar terkena wedus gembel. Jadi total korban meninggal dunia sudah 39 orang, korban luka bakar yang masih dirawat sebanyak enam orang, empat orang dirawat di RS Sardijto dan dua orang di RS Bethesda.
Akibat aktivitas Merapi yang terus bergejolak, membuat warga disekitar lerang Gunung Merapi khususnya Kabupaten Sleman memilih untuk tetap berada di tempat pengungsian. Bahkan jumlahnya terus bertambah pasca letusan Merapi hari ini. Total pengungsi 19.548 jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar